Minggu, 29 Juni 2014

Belanda dulu dan sekarang dimata Indonesia

Dahulu belanda pernah menjajah indonesia dengan segala bentuk penjajahan fisik yang sangat menyeiksa para leluhur bangsa ini, penindasan dengan adanya sistem kerja paksa, penguasaan atas segala hasil bumi indonesia mebuat rakyat semakin menderita.

diterapkannya sistem bahwa semua hasil panen para petani harus dijual ke pemerintah belanda, dan pemerintah belanda dengan senang hati membelinya dengan harga yang murah. kita bisa bayangkan bagaimana tekanan batin yang harus ditanggung para pendahulu bangsa ini yang hidup di zaman penjajahan.




tapi kini, setelah indonesia merdeka segala macam perlakuan itu hanya di anggap angin lalu saja, sistem politik luar negeri indonesia dengan konsep million friend zero enemy  dengan arti sejuta teman tidak ada musuh membuat indonesia menjadi negara netral tanpa memihak pada satu negara manapun.

sehingga negara yang pernah menjajah indonesia juga harus diajak berteman seperti itulah gambaran umunya.

jika melihat fenomena piala dunia sekarang ada kejadian unik yang benar-benar menunjukkan bahwa masyarakat indonesia sudah melupakan kejadian di masa silam, yah, sudah pasti diantara teman sekalian menjagokan salah satu tim yang berlaga dipiala dunia dan bisa jadi itu adalah timnas belanda.

saat perjalanan baru-baru ini saya lakukan, dengan melintasi beberapa desa ada yang mengibarkan bendera negara peserta piala dunia brazil yang menjadi idola mereka, ada argentina, belgia, jerman, italia, brazil dan tidak ketinggalan juga ada belanda.

dari pandangan saya dibeberapa bendera sangat jelas bahwa bendera tersebut sebagian besar memang mereka jahit sendiri dengan menggunakan kain dengan warna yang sesuai dengan negara idola.

yang saya ingin tekankan disini adalah bahwa rakyat indonesia kini sangat cinta damai terbukti dengan lebih memilih "menambah kain biru dibendera merah-putih" yang dahulu para pejuang kemerdekaan kita bersusah payah merobeknya dan memperkenalkan bahwa bendera negara ini adalah merah-putih.

sekian
by. Muhammad Sidik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar